Roll kisah ini berputar kembali tepat ketika tak sengaja jari menyeret cursor laptop dan mulai mengais folder bernama “video klip”. Kemudian otak menyuruh jari ini untuk membuka sebuah gambar gerak dan mengintipnya. Ini lah roll kisah itu. Sebuah cerita yang bukan dari sisi seharusnya, tapi dari sini, dari sisiku.
“What
if, kita pakai konsep klasik? Tengok saja “Carnival”-nya The Cardigans!” usulku di sebuah forum
rapat kecil-kecilan membahas lagu apa yang akan dimainkan saat tugas Musical Show.
Tak penting membahas tugas Musical Show yang hanya sebuah tugas
dari rentetan tugas Mata Kuliah
Spesialisasi Video 4. Yang lebih penting adalah
kenapa musik klasik yang saat itu ada di pikiran? Kebetulan? Pastilah lebih
dari itu. Apapun itu, seperti didatangi intuisi, aku resmi memilih The
Cardigans.
Setelah ini adalah bagian terpentingnya.
Dia datang, benar dia. Dia yang sudah berbulan-bulan ini menyentuh titik lemah
di otakku, kemudian menyuntikan semacam virus yang mengganggu kekebalan
fokusku. Hingga setiap dia datang, hanya fokusnya yang tertangkap.
Iya,
kita lagi-lagi satu kelompok. Mukjizad? Ah, ini tak lebih dari sebuah kebetulan
belaka. Kalau dihitung-hitung, ini kali ketiga kita kebetulan satu kelompok.
Dia terlambat, duduk, tanpa aba-aba.
Setelah yang lain sudah lebih dulu duduk manis bersila dan membicarakan konsep
yang ada di kepala masing-masing, kini tiba gilirannya untuk memberi usul.
Beberapa menit kemudian aku memperhatikan.
Tanpa tahu konsep apa saja yang tertampung
lebih dulu, dia akhirnya menarip nafas panjang, siap mengusulkan sesuatu. Yang
ini sepertinya dia sangat mantap. Terlihat muka seriusnya yang seperti memaksa
yang lain untuk mencurahkan semua perhatian kepadanya.
“Bagaimana kalau konsep klasik misal The Cardigans???..”
Sama.
Mukjizad? Ah, ini tak lebih dari sebuah
kebetulan belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar