8.29.2012

Dunia Dongeng


Dunia itu. Aku ingat benar dunia yang itu. Dunia itu yang dulu membuatku mabuk kepayang, putar-putar di labirin tanpa pintu keluar. Di dunia seperti itu semua bisa terjadi. Awan cerah, hujan gerimis, bianglala, kita yang tentukan. Semua serba sekehendak hati, karena apa pun yang dilakukan pasti lah semua berwarna. Tak terkecuali hitam putih sekalipun. Kontras, gradiennya jelas. Mau indah atau tidak, semua terjadi. Ikan terbang, burung berenang, semua terjadi. Edelweis tumbuh di atas pohon ekaliptus atau meranak yang tiba-tiba sekecil bayam. Semua seperti nyata.

Itu lah mengapa saat ini kubangun tembok setebal-tebalnya dan setinggi-tingginya. Benar, agar aku tak kembali lagi menengok dunia itu. Duniaku yang sekarang kutinggali adalah dunia yang sebenarnya. Dunia yang dihuni makhluk sama sepertiku. Di sini ikan berenang, bukan terbang. Di sini semua dapat dirasa indra, semuanya logis. Di sini, iya di sini.

Tak kusangka sejauh ini. Begini saja, kita buat semuanya sederhana. Karena kedua dunia ini punya kesamaan tentang kemungkinan, maka mungkin saja kita jumpa di kehidupan selanjutnya. Mungkin saja jika kita beruntung.

Berat. Tapi lega. Akhir kata, selamat tinggal dunia dongengku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar