5.29.2014

apa yang ada di otak saat ini

Perlu 10 detik untuk melihat secangkir kopi dalam gelap. Ketemu lalu sigap mengangkat. Tangan sikut serempak dorong cangkir ke mulut. Sampailah beradu mulut dengan mulut. Sayang, kopi tinggal satu tegukkan. Sisanya ampas yang tadi mengendap. Lalu saya letakkan lagi. Pastilah bergeser beberapa centi.

Fisika dasar, aksi reaksi. Mata saksinya. Ia tolak memejam dan pilih memijar. Saya sulit tidur memang. Lalu gelap kamar jadi gamang. Cangkir kopi kembali saya angkat. Meraba seperti biasa. Lupa kalau cangkir kopi tinggal ampas.

Saya bawa kopi ke dapur kos. Tertuang air panas dari termos. Tambah lagi kopi dan gula. Lalu mata semakin menjadi saja. Percaya, berusaha tidur pun percuma. Karma. Tapi, nyatanya saya terus minum kopi, meski tahu konsekuensi.

"Dasar bandel!" Ibu saya pernah memuji anaknya yang tetap nekat naik gunung meski diguyur hujan deras. Toh, saya berhasil ke puncak waktu itu. Kini jam sudah pukul 4. Waktunya istirahat. Tapi kopi masih separo. Saya bandel, saya habiskan semua dan nekat buat lagi esok hari.