7.20.2014

Woord : Kata

Ada paragraf bagus, tuturan Gerrit Achterberg, yang terselip di halaman 181 buku "Spiritual Journey: Pemikiran dan Perenungan Emha Ainun Najib" karangan Prayogi R. Saputra. Kurang lebih bunyinya begini:

Woord
Ik kan alleen woorden ontmoeten, u niet meer. Maar hiermee houdt het groeten aan, zozeer, dak ik wel moet geloven, dat gij luistert; zoals ik omgekeerd uw stilte in mij hoor.

Kata
Aku tahu, aku tidak akan menemukanmu lagi, hanya lewat kata dan persambungan salam, yang senantiasa terucapkan. Aku yakin, kamu pasti mendengarnya. Dan aku akan menunggu saatnya, tatkala dalam keheningan aku menemukanmu.

5.29.2014

apa yang ada di otak saat ini

Perlu 10 detik untuk melihat secangkir kopi dalam gelap. Ketemu lalu sigap mengangkat. Tangan sikut serempak dorong cangkir ke mulut. Sampailah beradu mulut dengan mulut. Sayang, kopi tinggal satu tegukkan. Sisanya ampas yang tadi mengendap. Lalu saya letakkan lagi. Pastilah bergeser beberapa centi.

Fisika dasar, aksi reaksi. Mata saksinya. Ia tolak memejam dan pilih memijar. Saya sulit tidur memang. Lalu gelap kamar jadi gamang. Cangkir kopi kembali saya angkat. Meraba seperti biasa. Lupa kalau cangkir kopi tinggal ampas.

Saya bawa kopi ke dapur kos. Tertuang air panas dari termos. Tambah lagi kopi dan gula. Lalu mata semakin menjadi saja. Percaya, berusaha tidur pun percuma. Karma. Tapi, nyatanya saya terus minum kopi, meski tahu konsekuensi.

"Dasar bandel!" Ibu saya pernah memuji anaknya yang tetap nekat naik gunung meski diguyur hujan deras. Toh, saya berhasil ke puncak waktu itu. Kini jam sudah pukul 4. Waktunya istirahat. Tapi kopi masih separo. Saya bandel, saya habiskan semua dan nekat buat lagi esok hari.

4.09.2014

Proud Of Indonesia

sumber gambar: forum.cubizon.com

Hari ini dan beberapa waktu lalu orang heboh berbicara mengenai kemajuan Indonesia. Orang-orang mulai bekerja dengan cara mereka masing-masing. Pondasi dari semuanya tentu satu, berbuat sesuatu yang berguna bagi orang lain. Iya orang lain, karena cukup sudah memikirkan diri sendiri. Saatnya memikirkan Indonesia beserta 200 juta jiwa di dalamnya.

Kabar baiknya, anak muda mulai peduli dengan negara ini. Orang-orang mulai menyisihkan sebagian besar pikirannya untuk kesejahteraan orang lain. Di Bandung misalnya, muncul anak-anak muda dengan berbagai industri kreatifnya. Mereka melakukan terobosan inovasi yang, mmm jika ditilik jauh ke dalam isinya tak hanya melulu tentang profit, tapi juga bagaimana mereka bisa menghidupi karyawannya. Berbagi, that’s the point!

Tahun 2013, Indonesia menjadi negara dengan UKM terbanyak dengan pemasukan terbanyak pula di Asia Tenggara. Hal yang mustahil diraih hanya dengan berpangku tangan, tanpa ambisi dan keinginan memperbaiki. Dari berbagi, semua menggelembung jauh lebih besar dan semakin membesar menuju wangi Indonesia. Iya, Indonesia.


sumber gambar: hoolaballa.blogspot.com

Pernah pula terdengar cerita mengenai anak muda usia 20-an yang berhasil menggelar pameran produk budaya Indonesia di UK. Tak tanggung-tanggung, pemerintah setempat bahkan bersedia menyediakan belasan taksi yang bebas dihias dengan aksen budaya Indonesia. Bayangkan satu kota penuh dengan aksen wayang, batik, dan tulisan Indonesia. Bayangkan kemeriahannya saat ribuan orang dan riuh tepuk tangan memadati area pameran!

Lain lagi dengan salah satu usaha di Solo yang membuat hiasan wayang. Pasarnya luar negeri. Embassy negara sana-sini memesan hiasan wayang darinya. Mereka menempelnya di satu tempat yang kemungkinan besar ratusan bahkan ribuan orang datang melihat. Karya si empunya ini pun sering dipakai hadiah untuk teman, kerabat, handai taulan, yang ada di luar negeri. Indonesia pun ada di mana-mana karenanya. Ketika orang melihat hiasan itu, apa mereka berpikir “Oh si itu pasti yang membuat”? Oh saya pikir tidak. Yang ada dipikiran mereka pastilah “Keren ya, Indonesia punya budaya seperti ini!”. WOW!

Maka jangan kaget ketika nama Indonesia tak seasing dulu, tak kalah pamor dengan Bali maupun Lombok. Poin dari semua ini adalah untuk Indonesia yang jauh, sangat jauh, lebih baik. Lalu semua kembali ke jalan yang dipilih masing-masing untuk membuat bangga pendahulu kita di sana. Pilih salah satu jalan, lalu pusatkan semua energi di sana. Tentu kalau sendiri tak akan mampu, tapi kalau 200 juta jiwa, bisa bisa satu Eropa banjir dengan kenangan manis akan negeri tercinta ini. Semoga. Amin.

3.31.2014

Something is wrong



....
Something is wrong with the light of the sun
and the color of the sky
with you and everyone.

3.23.2014

untuk pucat pasi

untuk pucat pasi by rizkibp

Pucat pasi melarungkan ria di kali yang tak bernama
Pucat pasi menekuk wajahnya, abstrak dan berlipat-lipat
Setibanya jalan tak bertuan, berhenti ia sejenak
Pada jalan ia berbicara "Akan kubuang renjana!"

Lalu ia bahagia, disekanya air mata
Lalu melaju, waktu memburu
Pucat pasi, ia kembali

Ia berhak bahagia
Maka jangan bersedih


3.19.2014

Saat 'Cepat' Melambat

Bergson bicara soal time and duration. Saya tertarik pada yang kedua.

Ada kalanya suatu waktu, duration berjalan sangat cepat, sampai-sampai waktu tak cukup sehari 24 jam. Lebih menyedihkan lagi saat itu menempel berhari-hari di tiga bulan terakhir. Seolah waktu hanya air mengguyur aspal siang hari, ditinggal sebentar lalu melayang jadi udara. Tak ada rasa cukup untuk hari ini, karena esok sudah desak teriak minta dahulu.

Di kemarin, rehat sekejap sepertinya obat mujarap. Muspra. Badan memang tak bergerak, tapi otak terus menggertak. Mlengos sebentar, malam sudah kelam. Pejam sebentar, siang sudah ngapurancang. Duniawi benar-benar jadi satu dengan tubuh dan ruh.

Namun, ada kalanya waktu berjalan sangat lamban. Saking lambannya, gerik mata, gestur, bau jalan, lukisan dinding, terang lampu, suara sirine, semua terindra. Mereka melekat jauh di ingatan dan tak lagi duduk sembunyi di alam bawah sadar. Menyenangkan bisa bergerak dengan sangat lamban seperti ini. Berjalan mengandalkan karya Tuhan, menyerah pada kemampuan indra. Seperti semua tak akan habis dilahap satu waktu. Seakan waktu punya tombol pause. Seakan besok, ya, memang besok. Ah, andai ada satu waktu seperti ini di selamanya. Andai saja.

Orang seharusnya menikmatinya waktunya. Dan duration, apapun itu, sebenarnya ada agar kita melambat saat dirasa terlalu cepat.

2.08.2014

Dialogis

Seberapa multidimensi manusia?
Sangat multidimensi, hingga yang tak terakal menembus masuk yang terakal.

Dalam konteks humanis?
Lebih multidimensi lagi malah, sampai sampai yang difikir masak bakal linear, bisa saja ternyata postulat.

Contohnya?
Sering kita jumpai di kehidupan. Semisal ketika orang sudah berjuang gigih dan berdoa siang malam, seharusnya ia berhasil, tapi banyak yang tidak. Itu bisa terjadi sekarang, nanti, tahun depan, bahkan kemarin tapi kita tak sadar.

Lalu sikap yang seharusnya diambil?
Sebentar, kalau bicara soal keharusan, tiap manusia punya takarannya sendiri. Dan karena saya sudah bicara tentang ke-tidaklinear-an maka tak boleh saya berikan rumus seharusnya begini, seharusnya begitu. Manusia itu masing-masing.

Bukankah itu akan menimbulkan gesekan?
Siapa bilang, kalau saya milih meredam bukankah gesekan tak akan bersuara? Seperti halnya mengamplas udara.

Ini menarik, pertanyaan selanjutnya adalah akan seberapa tahan anda meredam?
Kalau ukurannya waktu tentu akan sebentar. Yang sebentar itu pun tak lantas berubah jadi ledakan. Kemungkinan besar akan hilang, tak ada lagi gesekan. Kalau ukurannya batin, tentu akan berlangsung sangat lama. Tapi bisa saja itu dibuat berlangsung hanya di batin saja. Itu tak salah. Ibarat nafsu, nafsu tak bisa hilang, hanya bisa dikekang.

Anda yakin?
Sangat yakin.

Namun, bagaimana seandainya...?
Stop di kata 'seandainya'. Apa yang bisa dilakukan dengan kata 'seandainya' itu nisbi. Nisbi erat dengan multidimensi. Ibarat sebuah benda akan terlihat lain kalau satu orang memandang dari depan dan satu orang memandang dari atas. Maka tak ada yang tahu jawaban tentang apa yang dirasakan orang. Kita boleh menebak, tapi haram untuk mencap.

Kalau begitu untuk apa Anda mau membagi waktu untuk wawancara ini?
Hehe itu terserah kamu. Waktu itu berulang hanya latarnya saja yang berbeda, diri orang sendiri lah yang tahu seberapa jauh dia berada. Kalau kamu berpikir telah membuang 15 menitmu sejak tadi, maka itu yang didapat. Tapi kalau kamu berpikir bahwa 15 menit ini adalah pembelajaran tentang toleransi dan menghendaki, maka itu juga yang didapat.

Oke, pertanyaan terakhir. Apa satu kata yang Anda pilih untuk mewakili kehidupan?
Mmm, "sementara".