4.29.2013

Manusia

Jiwa dan raga, dua hal yang sering masuk-keluar gendang telinga. Tapi lebih dari itu, manusia tak hanya punya keduanya, karena diciptakan manusia itu multi dimensi. Anggap lukisan dua dimensi, patung tiga dimensi, maka manusia ribuan dimensi. Yang menyebabkan manusia berubah tak beraturan sewaktu-waktu juga karena itu. Manusia adalah ribuan jiwa dalam satu raga, maka tak mungkin menjadi baik tanpa menjadi jahat. Yang ada hanya menjadi baik untuk menutupi yang jahat, yang mengendap mengintip dari balik dinding jiwa. Selama putih kuat, maka hitam larut dalam abu-abu.

Jiwa merasa kalau jasad hanya alat, seperti virus dengan inangnya. Dan bukan berarti jiwa berbentuk layaknya jasad. Entah sebenarnya segitiga, empat, lima, atau banyak sembarang. Yang pasti jiwa akan berwarna dua: putih dan hitam, baik dan buruk, benar dan salah. Keduanya pun samar-samar. Ketika kita tertarik mempersoalkan keduanya, sama saja kita membenturkan kepala ke tembok bernama “tiada akhir”. Karena itu, keduanya sengaja dibiarkan Tuhan samar-samar. Apa yang benar belum tentu benar, pun yang salah belum tentu salah. Untuk membedakan keduanya ke gradien yang paling jelas perlu puasa tujuh turunan (bukan tidak mungkin) dan tapi membedakan keduanya tak lantas menjadi pondasi gerak selanjutnya. Hidup manusia bukan konstanta seperti alur yang maju dan sedikit menengok spion sejarah kadang-kadang.

Manusia mengamati, meniru, memodifikasi. Ketiganya masuk golongan belajar. Celaka dia yang tak mau belajar dan menyesuikan pelajaran dengan jiwa masing-masing. Manusia disebut manusia karena bersinggungan dengan manusia lain, seperti ada sistem yang super besar dan mengharuskan manusia bertindak tidak sebagai dirinya. Sekali lagi, tak disangkal kalau ada porsi lain di sini yang mengambil alih kontrol. Aturan main berlaku dan semuanya diproses di jiwa. Dan harusnya mulai dari sini manusia tak mendewakan otak sedang jiwa menjadi budak. Jiwa lah yang memanusiakan manusia, bukan malah menjadi robot yang pandai integral.

Tuhan Maha Baik, tak lupa ketika ia membuat manusia, ia sertakan cinta. Barang ini lah yang nantinya membuat hitam putih jiwa menjadi warna-warni bianglala. Bahagialah dia yang tahu kalau manusia itu manusia, sedang dirinya bukan manusia tapi mau jatuh bangun untuk menjadi manusia.


 

4.20.2013

Life Oh Life

Hidup. Kehidupan. Datang pergi. Menerima memberi. Rendah tinggi. Seperti manusia hidup dikelilingi milyaran kilometer pagar kemungkinan. Tak ada yang konstan karena ini bukan matematika yang ketika kita tak kenal lelah maka kita akan berhasil. Mau apa dikata, beginilah cara kerjanya. Dan hidup harus kita hidupi supaya tidak mati atau benar-benar mati (perginya jiwa dari raga.red).