9.05.2012

Untukmu

Teruntukmu, yang namamu terpampang di gedung-gedung sepanjang Klaten-Solo, pengalih perhatian yang bak tamparan menjagaku dari kantuk. Teruntukmu, yang bicaramu bagai kamus Bahasa Indonesia, berjasa besar dalam ejaan keseharian. Teruntukmu, yang adamu masih dalam angan kepulan jelaga, pengingat yang lebih serupa napza.

Semua saya pertaruhkan pada masa. Saya dan sesuatu yang mendesak-desak di dalam dada ini akan setia menantimu tak murung, karena akan datang edeilweis dari puncak gunung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar