Ada yang berbeda dengan dia kali ini. Pakaiannya tidak
menunjukkan kalau dia tomboi. Dress panjang dengan motif bunga-bunga pas dengan
kulitnya yang putih dan wajahnya yang ceria. Dan hari yang cerah seperti ini
juga jarang ada. Lengkap sudah, hari cantik untuk si empunya wajah cantik.
Dia duduk sendiri sambil membaca buku yang tengah
dipegangnya. Di bangku taman itu, sejam kemudian terlihat seorang anak kecil
dengan pakaian kusut menghampirinya. Dari tempatku berdiri aku sama sekali tak
bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Tapi tenang, aku bisa memastikan
bahwa si anak sebentar lagi akan mengeluarkan amplop merah jambu. Tentu saja
aku tahu, amplop itu dariku, untuknya.
Setelah dia berbagi roti dan teh hangat bawaan dari rumah,
anak kecil itu pergi sambil melayangkan jempolnya ke arahku bersembunyi.
Melihat si anak pergi, gadis itu kemudian bergegas membuka amplop pelan-pelan.
Sesuai perkiraanku, seharusnya dia berbunga-bunga mendapat surat cinta.
Sebentar, tapi ini, dia menangis. Air mata itu mengalir menuju pipi lalu ke
bibir yang sedari tadi menyabit ke atas.
Di pojok kanan bawah tertera inisial “AT” singkatan dari
Agni Taruwangsa. Dia jelas tahu singkatan itu, nama itu, pasti. Kertas surat itu
pun di simpan rapat-rapat di halaman tengah bukunya. Seperti terbaca pikirannya
yang saking bahagianya dia membayangkan si penulis surat datang padanya dan
menemaninya sore itu. Tenang, yang kamu harapkan pasti akan datang, karena
sedari tadi dia juga ada di taman ini. Iya, dari tadi, di taman ini.
Di tengah perasaan bahagia si gadis, tiba-tiba seorang pria
datang. Pria dengan stelan kemeja rapi yang aku kenal persis siapa dia.
Bagaimana tidak, aku sudah mengenal pria ini sejak di bangku SMA. Sudahlah, yang
penting mulai dari sini urusanku resmi selesai. Aku putuskan untuk beranjak
pergi. Setidaknya aku sudah merasa puas sekarang, karena pesanku sudah sampai
padanya.
…
“Mmm, Dina” Pria dengan stelan kemeja itu duduk di
sampingnya.
“Hei, Agni” Jawab Dina tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar