“Siapa yang tahu lagu daerah mana yang judulnya ‘O I Nani Keke’?” saya ingat betul pertanyaan yang dilemparkan seorang guru kepada murid-muridnya sewaktu SD, termasuk saya. Kalau “Suwe Ora Jamu” atau “Gundul-Gundul Pacul” pasti saya tahu, pikir saya. Maklum saya berasal dari Jawa Tengah, tidak lucu rasanya apabila saya tak tahu lagu daerah Jawa Tengah. Namun ini, baru saya dengar judul lagu “O I Nani Keke”. Seketika kelas itu hening dan tak ada yang berkata apalagi menjawab.
Guru kesenian
saya itu pun mulai berkisah dan mengawalinya dengan kalimat sederhana “Lagu
daerah bukan hal yang sepele. Walapun hanya lirik dan nada, bila mereka
disatukan akan membentuk cerminan budaya masyarakatnya”. Itu yang saya ingat
dan kebaikkan yang diajarkan lagu itu pun pada nantinya akan membekas sampai
entah kapan.
O ina nikeke
mangewisako (Oh Ibu mau kemana?)
Mange aki wenang
(Ibu pergi ke Manado)
Tumeles baleko (Membeli
kue)
Weane, weane,
weane toyo (Berikan, berikan, berikan sedikit)
Daimo siapa
kotare makiwe (Sudah habis kamu baru minta)
O I Nani Keke
menjadi salah satu produk lagu daerah asli Minahasa, Sulawesi Utara. Walaupun
hanya lima baris, lagu daerah ini sangat mengajarkan tentang nilai kebaikan dan
kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Bagaimana kasih sayang itu tulus
tanpa pamrih. Tanpa pamrih ya tanpa pamrih. Si ibu benar-benar tulus mengasihi
anaknya. Namun si anak merasa dimanja dan larut di dalamnya.
Ada dua
pelajaran yang dapat diambil. Satu positif untuk kita tiru dan lainnya negatif
untuk kita tinggalkan. Ketulusan ibu harus lah kita tiru. Bukan, bukan hanya
untuk kita sendiri, tetapi orang lain juga. Bahwa yang berasal dari dalam lubuk
hati akan sampai ke hati pula. Kedua, seorang anak yang baik bukan lah anak
yang seenaknya saja meminta apa-apa. Sifat seperti itu yang harusnya kita kubur
dalam-dalam. Yang berasal dari hati tentu wajib kita balas dengan hal yang
berasal dari hati pula. Benar, berbakti. Itu yang sekiranya paling tepat
dilakukan seorang anak untuk membalas kasih sayang orang tuannya.
Lebih jauh, lagu ini telah menjadi cerminan
budaya. Tidak hanya budaya orang-orang Minahasa, tetapi lebih luas lagi menjadi
budaya Indonesia. Orang-orang lama telah mengkultuskan nilai-nilai kebaktian
kepada orang tua. Ini lah budaya. Hal yang harus dijaga sepenuh jiwa, bukan hal
seperti kamper yang ditinggal sebentar kemudian menyublim perlahan.
Ini lah mengapa
kita perlu menjaga kebudayaan. Menjaga tidak harus mati-matian menekuninya,
tapi bisa mulai dengan hal kecil semisal menanamkan kembali ke ingatan
orang-orang sekarang tentang keindahan tarian daerah, nilai yang diajarkan dari
upacara daerah, dan filsafat kebaikan yang terkandung dalam tiap lirik lagu
daerah. O I Nani Keke dan lagu-lagu daerah lainnya sedikit banyak orang
meramalkannya akan hilang seiring derasnya teknologi. Maka, kita yang akan
buktikan pada diri sendiri dan dunia bahwa budaya yang baik akan terus ada
selama yang memeliharanya adalah orang-orang baik.
Kemudian di
akhir pelajarannya itu, guru saya melemparkan satu pertanyaan yang jawabannya
akan selalu ada di benak kita semua hingga kita tiada. Begini sekiranya
pertanyaan itu, “Lalu, sebenarnya seberapa baikkah kita?”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar