11.23.2012

O I Nani Keke, Bercermin pada Lantunan Lagu Daerah


“Siapa yang tahu lagu daerah mana yang judulnya ‘O I Nani Keke’?” saya ingat betul pertanyaan yang dilemparkan seorang guru kepada murid-muridnya sewaktu SD, termasuk saya. Kalau “Suwe Ora Jamu” atau “Gundul-Gundul Pacul” pasti saya tahu, pikir saya. Maklum saya berasal dari Jawa Tengah, tidak lucu rasanya apabila saya tak tahu lagu daerah Jawa Tengah. Namun ini, baru saya dengar judul lagu “O I Nani Keke”. Seketika kelas itu hening dan tak ada yang berkata apalagi menjawab.

Guru kesenian saya itu pun mulai berkisah dan mengawalinya dengan kalimat sederhana “Lagu daerah bukan hal yang sepele. Walapun hanya lirik dan nada, bila mereka disatukan akan membentuk cerminan budaya masyarakatnya”. Itu yang saya ingat dan kebaikkan yang diajarkan lagu itu pun pada nantinya akan membekas sampai entah kapan.

O ina nikeke mangewisako (Oh Ibu mau kemana?)
Mange aki wenang (Ibu pergi ke Manado)
Tumeles baleko (Membeli kue)
Weane, weane, weane toyo (Berikan, berikan, berikan sedikit)
Daimo siapa kotare makiwe (Sudah habis kamu baru minta)

O I Nani Keke menjadi salah satu produk lagu daerah asli Minahasa, Sulawesi Utara. Walaupun hanya lima baris, lagu daerah ini sangat mengajarkan tentang nilai kebaikan dan kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Bagaimana kasih sayang itu tulus tanpa pamrih. Tanpa pamrih ya tanpa pamrih. Si ibu benar-benar tulus mengasihi anaknya. Namun si anak merasa dimanja dan larut di dalamnya.

Ada dua pelajaran yang dapat diambil. Satu positif untuk kita tiru dan lainnya negatif untuk kita tinggalkan. Ketulusan ibu harus lah kita tiru. Bukan, bukan hanya untuk kita sendiri, tetapi orang lain juga. Bahwa yang berasal dari dalam lubuk hati akan sampai ke hati pula. Kedua, seorang anak yang baik bukan lah anak yang seenaknya saja meminta apa-apa. Sifat seperti itu yang harusnya kita kubur dalam-dalam. Yang berasal dari hati tentu wajib kita balas dengan hal yang berasal dari hati pula. Benar, berbakti. Itu yang sekiranya paling tepat dilakukan seorang anak untuk membalas kasih sayang orang tuannya.

Lebih jauh, lagu ini telah menjadi cerminan budaya. Tidak hanya budaya orang-orang Minahasa, tetapi lebih luas lagi menjadi budaya Indonesia. Orang-orang lama telah mengkultuskan nilai-nilai kebaktian kepada orang tua. Ini lah budaya. Hal yang harus dijaga sepenuh jiwa, bukan hal seperti kamper yang ditinggal sebentar kemudian menyublim perlahan.

Ini lah mengapa kita perlu menjaga kebudayaan. Menjaga tidak harus mati-matian menekuninya, tapi bisa mulai dengan hal kecil semisal menanamkan kembali ke ingatan orang-orang sekarang tentang keindahan tarian daerah, nilai yang diajarkan dari upacara daerah, dan filsafat kebaikan yang terkandung dalam tiap lirik lagu daerah. O I Nani Keke dan lagu-lagu daerah lainnya sedikit banyak orang meramalkannya akan hilang seiring derasnya teknologi. Maka, kita yang akan buktikan pada diri sendiri dan dunia bahwa budaya yang baik akan terus ada selama yang memeliharanya adalah orang-orang baik.

Kemudian di akhir pelajarannya itu, guru saya melemparkan satu pertanyaan yang jawabannya akan selalu ada di benak kita semua hingga kita tiada. Begini sekiranya pertanyaan itu, “Lalu, sebenarnya seberapa baikkah kita?”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar