"Kenalkan! Semuanya, ini kedua teman baikku! Teman baikku, ini semuanya!"
Aku panggil yang pertama, baik.
Walaupun sebenarnya tidak ada yang pertama, kedua atau ketiga. Kita sama.
Tentang temanku si baik, banyak yang aku tahu tapi sedikit yang bisa
dideskripsikan dengan huruf alfabet. Wajahnya tidak jelek untuk ukuran anak
muda. Hanya saja ia selalu mengenakan kemeja garis lengan panjang. Aku
tak tahu dia punya berapa kemeja. Mungkin banyak, karena setiap kali kita
lakukan ritual itu ia pasti tengah mengenakan kemeja garis lengan
panjang. Satu lagi, buruk. Wajahnya juga
tak jelek untuk ukuran anak muda. Ia selalu kenakan kaos tanpa kerah. Warnanya
selalu putih. Entah aku juga tidak tahu kenapa ia selalu kenakan kaos putih.
Mungkin ia juga punya banyak. Sedikit mengenai si buruk, ia selalu membuka
perbincangan. Seperti kemarin saat kita berbincang seperti biasa, si buruk membuka
pembicaraan mengenai awan tebal aneh yang muncul hari sebelumnya. Ia menduga
itu adalah asap UFO. Si buruk memang selalu mengaitkan sesuatu dengan hal-hal
yang tidak masuk akal, tapi menyenangkan. Ya, ritual itu juga si buruk yang
mengusulkan. Dan malam ini seharusnya kami bertiga sudah duduk membentuk
segitiga di puncak bukit yang ada di tengah kota. Aku, baik, dan buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar